Mars telah lama diyakini bersinar merah akibat kandungan mineral besi yang teroksidasi dalam debu yang menyelimuti planet tersebut. Namun, sebuah penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications menawarkan pandangan yang berbeda.
Menurut laporan dari The New York Post, studi ini mungkin telah mengungkap asal muasal warna merah yang tampak pada Mars.
“Pertanyaan inti mengenai mengapa Mars berwarna merah telah diperdebatkan selama ratusan bahkan ribuan tahun,” ungkap Adam Valantinas, penulis utama yang merupakan peneliti pascadoktoral di Brown University. Ia memulai penelitian ini saat menempuh studi PhD di Bern University, Swiss.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena kedekatannya dengan Bumi, Mars termasuk salah satu planet yang paling banyak diteliti di Tata Surya. Namun, pemahaman kita tentang warna merah planet ini telah mengalami perubahan.
Studi ini menggabungkan data dari wahana antariksa milik Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dengan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna merah Mars berasal dari ferrihidrit, sejenis oksida besi yang terbentuk dengan kehadiran air, bukannya hematit yang sebelumnya dianggap sebagai penyebab warna tersebut.
“Kami berusaha menciptakan replika debu Mars di laboratorium dengan menggunakan berbagai tipe oksida besi. Hasilnya menunjukkan bahwa ferrihidrit yang dicampur dengan basal, jenis batuan vulkanik, paling cocok dengan mineral yang terdeteksi oleh wahana antariksa di Mars,” jelas Valantinas.
Dengan mensintesis debu tersebut, para ilmuwan dapat membandingkan sifat debu buatan dengan sampel yang diambil dari Mars. Temuan ini menunjukkan bahwa Mars mungkin sudah mengalami proses pengkaratan lebih awal dalam sejarahnya daripada yang diperkirakan, pada periode saat air masih ada di permukaannya.
Sebagai tambahan, karena ferrihidrit terbentuk cepat di air dingin, keberadaannya menunjukkan bahwa Mars mungkin pernah memiliki kondisi yang lebih lembap dan dingin, bukan hanya daratan kering.
Studi sebelumnya tidak menemukan tanda-tanda air dalam oksida besi di Mars, sehingga berasumsi bahwa debu merah terbentuk dalam kondisi kering, kemungkinan besar akibat hematit.
“Mars tetap disebut sebagai Planet Merah. Hanya saja, kini pemahaman kita tentang alasannya telah berkembang,” lanjut Valantinas.
Misi dan pengujian di masa mendatang akan berpotensi memperkuat temuan ini dan meningkatkan pemahaman kita tentang sejarah planet Mars. Sampel yang dikumpulkan oleh penjelajah Perseverance dari NASA akan dianalisis setelah kembali ke Bumi untuk menentukan kandungan ferrihidrit di dalamnya.
(rns/fay)
.