Obesitas Menimbulkan Berbagai Pendapat: Apakah Termasuk Penyakit?

TEMPO.CO, Jakarta – Apakah individu dengan obesitas selalu berhubungan dengan masalah kesehatan? Para ahli telah membahas isu ini dan membagi obesitas menjadi dua kategori, menggunakan hasil diagnosis untuk mendapatkan penilaian yang lebih tepat. Mereka berharap agar tidak ada lagi anggapan atau stigma negatif terhadap orang yang mengalami obesitas, yang diperkirakan dialami oleh lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia.

“Pandangan bahwa obesitas adalah suatu penyakit adalah sebuah kontroversi yang tengah diperbincangkan di kalangan kedokteran modern,” tawarkan laporan yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Diabetes & Endocrinology oleh 56 pakar.

banner 336x280

Di satu sisi, obesitas dikenal sebagai faktor risiko bagi diabetes tipe 2, penyakit jantung, beberapa jenis kanker, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Ini menjadi alasan di balik pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut obesitas sebagai salah satu penyakit kronis yang kompleks. Namun di sisi lain, banyak individu yang berada dalam kategori obesitas meskipun tidak memiliki masalah kesehatan dan tetap aktif. Aktivis yang memperjuangkan hak-hak orang dengan berat badan berlebih menolak label tidak sehat yang seringkali melekat pada obesitas.

Sementara itu, ada sebagian penderita dan dokter yang berpendapat bahwa obesitas memang merupakan penyakit yang memerlukan perhatian. Dikutip dari sebuah sumber, Francesco Rubino, seorang ahli bedah bariatrik dan pengajar di King’s College London, menyatakan bahwa pandangan tentang obesitas sebagai penyakit tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar.

Apa itu Obesitas Klinis?

Setelah menjadi perdebatan berlarut-larut, para ahli menemukan jalan tengah dengan memperkenalkan dua kategori baru untuk penderita obesitas. Obesitas memang dapat memengaruhi fungsi organ tubuh, dan dalam beberapa kasus, dianggap sebagai penyakit tertentu yang dinamakan obesitas klinis.

Kriteria diagnosis obesitas klinis mencakup akses ke masalah jantung, liver, gangguan pernapasan, kolesterol tinggi, sleep apnea, nyeri pinggul, lutut, dan kondisi lain yang dapat mengganggu kualitas hidup penderita. Sedangkan bagi penderita yang tidak mengalami komplikasi tersebut, mereka dapat dikategorikan sebagai obesitas praklinis, yang memerlukan pemantauan tetapi tidak memerlukan intervensi medis.

Penyebab Obesitas

Terdapat banyak faktor penyebab obesitas, tidak hanya terbatas pada pola makan yang buruk, tetapi juga faktor-faktor lain yang sulit dihindari dan efek samping dari kondisi tertentu. Beberapa pemicu obesitas antara lain adalah faktor genetik. Individu yang lahir dari orang tua yang mengalami obesitas cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah yang sama dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua dengan berat badan normal. Namun, tentu saja, pola makan yang baik dapat memengaruhi dalam hal ini.

Pemicu lainnya adalah makanan olahan dan cepat saji. Produk-produk ini sering kali mengandung bahan tambahan seperti pewarna, pemanis, dan pengawet. Makanan tersebut dirancang untuk menarik perhatian dan cenderung membuat orang ketagihan.

Satu lagi penyebab adalah kebiasaan makan berlebihan. Banyak orang mengonsumsi makanan olahan yang tinggi gula dan lemak, yang merangsang otak untuk terus ingin makan. Ketika seseorang sudah terlanjur ketagihan, tubuh akan menyimpan kelebihan zat yang telah dikonsumsi.

Selain itu, efek samping obat tertentu juga dapat menjadi pemicu obesitas. Beberapa obat menyebabkan peningkatan nafsu makan yang membuat individu sulit menahan diri. Memiliki persediaan makanan dalam jumlah banyak di rumah juga dapat mendorong seseorang untuk terus makan, apalagi dengan kemudahan akses terhadap makanan cepat saji melalui teknologi.

Upaya Menekan Angka Obesitas

Seringkali, obesitas memerlukan penanganan yang serius dan intensif. Langkah utama yang bisa diambil adalah mengadopsi gaya hidup sehat dan menyesuaikan asupan kalori harian dengan kebutuhan sebenarnya. Selain itu, penting untuk tetap aktif dengan berolahraga guna membakar kalori.

Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan mengatur jumlah kalori yang masuk melalui makanan. Penting untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji dan yang mengandung gula tinggi, serta meningkatkan konsumsi makanan yang lebih sehat seperti sayuran dan buah-buahan.

.

Updated: 20 Maret 2025 — 2:15 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *