‘Biang Kerok’ di Balik Krisis Populasi China Makin Nyata

Biang Kerok di Balik Krisis Populasi China Makin Nyata

Beijing, 12 Oktober 2023 – China, negara dengan populasi terbesar di dunia, kini menghadapi krisis demografis yang semakin mengkhawatirkan. Penurunan angka kelahiran dan peningkatan jumlah usia lanjut menjadi biang kerok di balik masalah ini, merubah lanskap sosial dan ekonomi negeri tirai bambu tersebut.

Menurut data resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, laju kelahiran turun ke angka terendah dalam sejarah, dengan hanya mencatat sekitar 9,56 juta kelahiran pada tahun 2022. Angka ini berbanding terbalik dengan jumlah kematian yang mencapai 10,41 juta, sehingga menciptakan kerugian populasi pertama dalam enam dekade terakhir. Fenomena ini diperkirakan akan semakin memburuk di tahun-tahun mendatang, di tengah proyeksi yang menunjukkan bahwa populasi China bisa menurun hingga 300 juta jiwa pada tahun 2050.

Beberapa faktor utama yang memicu krisis ini antara lain:

  1. Ketidakstabilan Ekonomi: Tingginya biaya hidup, terutama di kota-kota besar, membuat pasangan muda enggan untuk memiliki lebih dari satu anak. Riset menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang memilih untuk menunda pernikahan dan kelahiran anak akibat tantangan ekonomi yang kian menumpuk.

  2. Budaya dan Pendidikan: Perubahan nilai-nilai sosial di kalangan generasi muda juga berkontribusi pada penurunan angka kelahiran. Fokus pada pendidikan dan karir telah menggeser prioritas hidup, dengan banyak yang merasa belum siap untuk berkeluarga.

  3. Kebijakan Keluarga: Meskipun pemerintah telah mencabut kebijakan satu anak dan mendorong keluarga untuk memiliki lebih banyak anak, hasil yang diharapkan belum terlihat. Banyak pasangan merasa terbebani oleh ekspektasi tersebut, dan ketersediaan fasilitas sosial untuk mendukung orang tua baru masih menjadi persoalan.

  4. Kelangkaan Sumber Daya: Dengan semakin sedikitnya generasi muda, ada kekhawatiran tentang kemampuan negara untuk mendukung populasi lansia yang terus bertambah. Menurut perkiraan, pada tahun 2050, hampir 40% dari populasi China akan berusia di atas 60 tahun.

Pemerintah China saat ini sedang mencari solusi untuk mengatasi masalah ini dengan meningkatkan insentif bagi keluarga yang memiliki anak, menyediakan subsidi, dan memperbaiki fasilitas pengasuhan anak. Namun, banyak ahli menilai bahwa perubahan budaya dan pandangan terhadap keluarga memerlukan waktu yang lebih lama untuk terjadi.

Krisis populasi ini bukan hanya masalah bagi China, tetapi juga dapat berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik regional serta global. Seiring dengan berjalannya waktu, negara ini harus mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan demografis di masa depan, agar tidak terjebak dalam siklus penurunan yang lebih dalam.

Krisis ini menjadi pengingat bahwa pembangunan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari kesejahteraan sosial dan keberlanjutan populasi.

,

Updated: 3 April 2025 — 1:51 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *