Banyak wanita di Inggris melaporkan pembesaran payudara setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19. Apakah ini berbahaya?

Jakarta

Vaksinasi COVID-19 yang diwajibkan selama pandemi telah membawa dampak unik bagi wanita, khususnya di Inggris, di mana banyak perempuan melaporkan pembesaran payudara setelah menerima vaksin tersebut. Apakah ini berbahaya?

banner 336x280

Selama masa pandemi, rasa cemas menyelimuti semua orang. Penyebaran virus yang cepat mengharuskan kita untuk mendapatkan perlindungan melalui vaksinasi, termasuk vaksin COVID-19 yang diberikan kepada seluruh masyarakat.

Namun, setelah pandemi mereda, muncul masalah baru. Di Inggris, banyak perempuan yang telah divaksinasi melaporkan pengalaman yang aneh, yaitu pembesaran payudara.

Menurut laporan dari Dailymail, sejumlah perempuan di Inggris melaporkan bahwa payudara mereka membesar setelah vaksinasi COVID-19. Contohnya, seorang perempuan Kanada berusia 19 tahun melaporkan payudaranya membesar hingga empat kali lipat, sebuah reaksi langka dari vaksin Pfizer, yang dijuluki ‘Pfizer boob job’.

Data dari The British Drug Medical Safety Watchdog menunjukkan ada 33 laporan terkait ‘pembesaran payudara’ pasca vaksin Pfizer. Di sisi lain, 11 perempuan juga melaporkan hal serupa setelah vaksin AstraZeneca, dan empat lainnya setelah vaksin Moderna.

Laporan-laporan ini masuk dalam sistem pemantauan efek samping vaksin UK, meskipun belum diverifikasi oleh profesional kesehatan. Beberapa ahli menyatakan bahwa perubahan ini mungkin kebetulan dan tidak berhubungan dengan vaksin, tetapi dokter berpendapat bahwa ada kemungkinan keterkaitan yang logis.

Dalam sebuah laporan medis, seorang perempuan muda dilaporkan mengalami komplikasi setelah vaksinasi, di mana reaksi sistem kekebalannya bisa menyebabkan pertumbuhan sel di payudara.

Dalam kasus yang dicatat oleh tim medis di University of Toronto, perempuan ini mengalami pembesaran payudara dari ukuran B menjadi triple G hanya dalam enam bulan setelah dua dosis vaksin COVID-19 Pfizer. Setelah menerima dosis pertama pada September 2022, dia mulai merasakan kesemutan dan sedikit pembesaran. Setelah dosis kedua, perubahan tersebut semakin cepat terjadi. Selama enam bulan, payudaranya terus membesar, sedangkan ukuran rata-rata bra perempuan di Inggris adalah 36DD.

Mengenal Kondisi Gigantomastia

Pertumbuhan payudara yang cepat ini dikenal sebagai gigantomastia, sebuah kondisi langka. Para ahli masih meneliti apa yang bisa memicu kondisi ini, meskipun beberapa di antaranya bisa disebabkan oleh masalah hormonal atau reaksi terhadap obat tertentu.

Dokter yang membahas kasus ini dalam jurnal plastik dan bedah rekonstruktif menyebut vaksin mungkin telah memicu kondisi yang dikenal sebagai pseudoangiomatous stromal hyperplasia (PASH). PASH adalah kondisi yang kurang dipahami, di mana sel-sel di jaringan payudara tumbuh menjadi benjolan jinak. Kasus ini sangat jarang, baru terindentifikasi sekitar 200 kali, dan tidak ada contoh sebelumnya yang terbukti terkait dengan vaksin.

Namun, hubungan antara vaksin dan PASH belum jelas. Perempuan ini tidak memiliki kondisi medis lainnya, dan meskipun payudaranya terlihat bengkak, tidak ada massa yang terdeteksi. Pemeriksaan USG dan CT scan menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah ketiak dan pembuluh darah yang padat dari jaringan payudara yang membesar.

Biopsi menunjukkan bahwa pertumbuhan ini memang hasil dari PASH. Meskipun dia diberikan pengobatan berupa steroid dan antibiotik, ukuran payudaranya tidak berkurang. Akhirnya, dia memilih untuk menjalani prosedur pengurangan payudara, menurunkan ukuran menjadi DD 11 bulan setelahnya.

Mengenai kasus ini, para ahli menyatakan bahwa meski ada dugaan hubungan antara vaksin COVID-19 dan PASH, hal ini belum dapat dibuktikan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

“Keterkaitan antara vaksin COVID-19, PASH, dan pembesaran payudara butuh penyelidikan lebih lanjut untuk memahami spektrum reaksi terhadap vaksin,” kata mereka. Namun, mereka juga mengkritik tenaga medis yang tidak mengakui kekhawatiran pasien terkait gejala yang mungkin berhubungan dengan vaksin. “‘Meskipun hubungan temporal tidak menunjukkan kausalitas, menolak perhatian pasien dapat merusak kepercayaan,” tegas mereka.

Pada 2021, penelitian dari University of Pennsylvania menemukan vaksin COVID-19 bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak, yang mengarah pada hasil abnormal dalam mammogram dan USG payudara.

Pihak kesehatan di Inggris juga menyadari hubungan ini dan memperingatkan staf medis untuk tetap menyelidiki semua temuan abnormal dari pemindaian, meskipun hasilnya mungkin terkait dengan reaksi vaksin.

Melalui sistem pemantauan seperti laporan kartu kuning MHRA, para ahli bisa melacak efek samping potensial, meskipun beberapa anggota parlemen merasa sistem ini kurang proaktif. Laporan-laporan ini dapat membantu jika pola khusus terkait obat, jenis pasien, dan reaksi mencurigakan muncul.

Bagi para ibu yang ingin berbagi pengalaman tentang parenting dan mendapatkan berbagai hadiah, bergabunglah dengan komunitas kami. Daftar sekarang secara gratis!

(pri/pri)

.

Updated: 1 April 2025 — 8:05 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *