Fakta Menarik tentang Cincin Saturnus, Ilusi Optik yang Akan Hilang Pekan Ini, dan Akan Kembali Muncul pada Tahun 2032.

Ilustrasi (nasa.gov)

Pada hari Minggu, 23 Maret 2023, cincin Saturnus akan menghilang dari pandangan di Bumi. Cincin-cincin ini terdiri dari partikel batu dan debu yang akan lenyap dalam waktu 10,7 jam.

Durasi ini sama dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran penuh pada poros Saturnus dan satu orbit mengelilingi Matahari, yang berlangsung sekitar 29,4 tahun Bumi.

Berikut lima fakta tentang cincin Saturnus yang akan hilang minggu ini:

  1. Saturnus berputar pada porosnya dengan kemiringan sudut 27 derajat. Pada 23 Maret 2025, cincin yang terkenal itu akan tampak hilang.
  2. Selama tujuh tahun terakhir, cincin planet itu secara bertahap terlihat miring dari perspektif Bumi. Hal ini akan menjadikan cincin itu “tak terlihat” akhir pekan ini. Setiap 14,5 tahun, posisi cincin sejajar dengan garis pandang pengamat di Bumi, sehingga muncul ilusi bahwa cincin itu hilang. Fenomena langka ini akan terjadi pada hari Minggu.
  3. Penghilangan cincin Saturnus bulan ini adalah hasil dari ilusi optik yang disebabkan oleh kemiringan planet, membuat cincin tersebut terlihat menghilang dari sudut pandang Bumi. Fenomena ini, yang disebut persilangan bidang cincin, terjadi sekitar setiap 15 tahun dan bukanlah hilang secara permanen.
  4. Cincin ini diperkirakan akan terlihat kembali dalam beberapa bulan mendatang. Pada tahun 2032, Saturnus akan mencapai kemiringan maksimal, memungkinkan pengamat bintang untuk melihat kembali dengan jelas. Saturnus memiliki tujuh cincin utama, masing-masing diberi label berdasarkan huruf alfabet.
  5. Diberikan label berdasarkan urutan penemuan, cincin-cincin tersebut adalah D, C, B, A, F, G, dan E, dengan A dan B sebagai yang paling terang; B adalah yang terlebar dan tertebal.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Bumi mungkin memiliki sistem cincin serupa kas 50 juta tahun yang lalu. Studi ini menganalisis 21 kawah asteroid dari 466 juta tahun lalu, yang terletak dekat dengan ekuator.

Tema ini amat menarik bagi para ilmuwan karena dua alasan: pertama, lebih dari 70 persen kerak benua pada waktu itu berada di luar area tersebut; kedua, hantaman asteroid umumnya acak, yang menghasilkan pola dampak kawah di berbagai lokasi, mirip dengan yang terlihat di bulan dan Mars.

Awalnya, diasumsikan bahwa asteroid besar menjadi penyebab pertemuan ini di dekat ekuator. Namun, penelitian ini menghipotesiskan bahwa gaya pasang surut menyebabkan asteroid tersebut pecah, menciptakan cincin puing di sekitar Bumi, mirip dengan fenomena di Saturnus.

Penulis studi dari Universitas Monash di Australia menyatakan bahwa material cincin perlahan-lahan jatuh ke bumi, menyebabkan lonjakan dampak meteorit selama jutaan tahun. Selain itu, lapisan batuan sedimen di permukaan Bumi pada periode tersebut mengandung jumlah signifikan material meteorit. (H-2)

.

Updated: 22 Maret 2025 — 1:59 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *