Penelitian ini dilakukan setelah sejumlah tikus dikirim ke luar angkasa oleh NASA, dengan hasil bahwa struktur tulang mereka mengalami degradasi yang signifikan.
Sebuah studi terkini dari NASA menyoroti bahwa paparan jangka panjang terhadap gravitasi nol dapat menyebabkan kerusakan serius pada tulang. Penelitian ini dilakukan setelah sejumlah tikus dikirim ke luar angkasa, di mana mereka mengalami degradasi ekstrem pada struktur tulang, lebih parah daripada osteoporosis pada manusia.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PNAS Nexus menunjukkan bahwa tikus yang berada dalam lingkungan mikrogravitasi selama beberapa minggu mengalami kerusakan jaringan tulang halus dan penurunan kepadatan tulang yang signifikan. Ketika tikus-tikus itu kembali ke Bumi, kondisi tulang mereka tidak sepenuhnya pulih.
Dr. Jeffrey Willey, ilmuwan dari Wake Forest School of Medicine dan salah satu peneliti utama, menyatakan bahwa kerusakan tulang ini dapat terus berlanjut meskipun tikus telah kembali ke lingkungan normal.
Dalam eksperimen, tikus yang dikirim ke luar angkasa dibandingkan dengan kelompok kontrol di Bumi. Hasil menunjukkan bahwa tulang belakang dan tulang panjang di kaki tikus mengalami penurunan kualitas struktural, menandakan kemampuan tulang dalam menahan tekanan berkurang.
Sel-sel yang membentuk jaringan tulang baru menjadi tidak aktif selama tinggal di luar angkasa, sedangkan aktivitas sel yang merusak tulang justru meningkat, menyebabkan ketidakseimbangan dan memicu osteoporosis.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi misi eksplorasi luar angkasa jangka panjang, termasuk rencana NASA untuk mengirim manusia ke Mars. Perjalanan menuju Mars diperkirakan akan memakan waktu lebih dari setahun, dan para astronaut akan terpapar kondisi mikrogravitasi dalam waktu yang lama.
Untuk mengatasi isu ini, NASA sedang merencanakan pendekatan terapi baru, seperti obat untuk membentuk tulang dan program latihan fisik khusus di luar angkasa, tetapi hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini mungkin belum memadai.
Studi ini menunjukkan pentingnya evaluasi ulang kesiapan fisik manusia untuk menghadapi misi luar angkasa jangka panjang dan menjadikan kesehatan tulang sebagai prioritas utama dalam desain misi di masa depan.
.