suarablitar.com — Tradisi “Mandi Khatulistiwa” yang dikenal sebagai ritual ‘Penyucian Pelaut’ berlangsung di tengah Samudra. Kegiatan ini menyambut momen ketika matahari tepat berada di garis Khatulistiwa, biasanya pada bulan Maret dan September.
Ritual ini diikuti oleh para pelaut dan awak kapal yang menganggapnya sebagai bentuk penyucian diri dari berbagai negatif yang mengganggu selama pelayaran. Mandi Khatulistiwa diyakini dapat membawa keberuntungan dan keselamatan, serta memperkuat keberanian para pelaut dalam menghadapi tantangan di laut.
Selama pelaksanaan ritual, peserta akan melakukan prosesi mandi menggunakan air laut yang dikumpulkan sebelum upacara dimulai. Prosesi ini disertai dengan doa-doa yang dipimpin oleh seorang pemimpin adat setempat. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen bagi spiritualitas pelaut, tetapi juga menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian masyarakat umum serta wisatawan.
Ketua komunitas pelaut setempat menyatakan, “Tradisi ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan, serta mengingatkan kita akan jati diri dan keberanian pelaut Indonesia.” Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan di kalangan pelaut dan masyarakat.