suarablitar.com — Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengintervensi polemik kenaikan tarif sewa kios di Distrik Blok M yang berdampak pada banyaknya penutupan kios. Hal ini menyebabkan kawasan yang sebelumnya ramai pengunjung kini menjadi sepi. Pramono menegur Direktur Utama MRT Jakarta terkait penyewaan yang tidak sesuai kesepakatan, di mana tarif sewa kios melebihi batas yang ditentukan.
Pramono menyatakan, “Kerjasama antara MRT dan koperasi di Blok M seharusnya mematuhi batas atas tarif sewa,” dan mengancam akan membatalkan kerjasama jika tidak dapat dijalankan. Dia menekankan bahwa dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus menjadi prioritas.
Kondisi Blok M yang meredup sejak akhir 2024 membuat banyak pedagang, terutama di sektor kuliner, memilih untuk tutup. Guntur, seorang pedagang jam tangan, mengaku pengunjungnya berkurang drastis. Ia berharap situasi segera kembali normal. Rian, seorang pedagang perbaikan kacamata, mencatat penurunan pendapatan dan berharap keramaian kembali.
Sebagai solusi jangka pendek, Pramono menawarkan keringanan bagi pedagang yang bersedia pindah ke Plaza 2 Blok M. Mereka akan dibebaskan dari biaya sewa selama dua bulan pertama. “Tempat ini jauh lebih bagus, nyaman, ada AC, dan fasilitasnya lebih baik,” ujar Pramono. Dia juga mencatat bahwa tarif sewa sebelumnya berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 1,5 juta, namun ada laporan bahwa beberapa pedagang dikenakan biaya hingga belasan juta rupiah.
Dengan langkah ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berharap dapat menghidupkan kembali Distrik Blok M sebagai pusat UMKM dan destinasi favorit warga Jakarta.