suarablitar.com — Amerika Serikat berencana untuk mengelola Jalur Gaza, Palestina, selama 10 tahun ke depan. Rencana ini menuai kecaman dari Hamas dan berbagai kalangan.
Menurut laporan yang dirangkum dari kantor berita AFP pada Selasa, 2 September 2025, rencana tersebut tengah dikaji oleh Presiden Donald Trump. Dia mengusulkan agar AS mengambil alih pengelolaan Gaza dan merelokasi penduduknya.
Media The Washington Post melaporkan bahwa Gedung Putih mempertimbangkan Gaza sebagai wilayah perwalian yang dikelola oleh AS dengan tujuan menjadikannya sebagai pusat pariwisata dan teknologi tinggi. Prospektus untuk inisiatif ini terdiri dari 38 halaman.
Rencana tersebut juga melibatkan proyek relokasi sementara penduduk Gaza, baik secara sukarela ke negara lain maupun ke zona-zona aman di dalam wilayah Gaza. Bassem Naim, anggota biro politik Hamas, menegaskan bahwa “Gaza tidak untuk dijual” dan menambahkan bahwa wilayah tersebut merupakan bagian dari tanah air Palestina yang lebih luas.
Gagasan ini telah menuai kritik keras dari seluruh dunia Arab dan warga Palestina, dengan perasaan bahwa setiap usaha untuk memaksa mereka meninggalkan tanah mereka akan mengingatkan pada “Nakba,” saat pemindahan massal warga Palestina pada tahun 1948. Seorang pejabat Hamas yang meminta identitasnya dirahasiakan menyatakan penolakan terhadap rencana yang dianggapnya menelantarkan rakyat Palestina dan mempertahankan penjajah di tanah mereka.