Cina Catat Rekor Penggunaan Batu Bara sambil Perluas Energi Terbarukan

Berita22 Dilihat

suarablitar.com — Cina mencatatkan penggunaan batu bara tertinggi untuk pembangkit listrik dalam enam bulan pertama tahun 2025, dengan total 21 gigawatt (GW) yang dioperasikan. Laporan dari Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) dan Global Energy Monitor (GEM) menunjukkan bahwa lonjakan ini merupakan yang tertinggi sejak 2016.

Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa Cina juga tengah membangun dan mengaktifkan kembali pembangkit listrik tenaga batu bara dengan total kapasitas 46 GW serta mengusulkan proyek baru dengan total kapasitas 75 GW. Total proyeksi produksi batu bara diperkirakan mencapai 80-100 GW pada akhir tahun 2025, sementara batu bara masih menyumbang setengah dari total energi Cina, meski persentasenya telah turun dari tiga perempat pada tahun 2016.

Menariknya, lonjakan ini terjadi beriringan dengan ekspansi kapasitas energi terbarukan, di mana kapasitas tenaga surya meningkat 212 GW dalam enam bulan pertama tahun 2025. Cina diperkirakan akan menambahkan 500 GW energi angin dan matahari pada tahun ini, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi gabungan Jerman dan Inggris.

Meskipun upaya ini menghasilkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 1% dalam enam bulan terakhir, ketergantungan yang meningkat pada batu bara dapat mengancam target pengurangan emisi yang lebih ambisius. Christine Shearer, analis riset di GEM, menyatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara belum menunjukkan tanda-tanda melambat.

Presiden Cina, Xi Jinping, sebelumnya berkomitmen untuk mengurangi kapasitas batu bara antara 2026 dan 2030, namun hingga kini proses tersebut sangat lambat. Hanya 1 GW dari target 30 GW yang berhasil dihentikan. Hal ini disebabkan oleh kepentingan besar industri batu bara yang tetap kuat, yang mengancam pengembangan energi terbarukan di negara tersebut.

Cina dijadwalkan akan mengumumkan kontribusi nasional untuk pengurangan emisi gas rumah kaca sebelum KTT iklim COP30 di Brasil pada bulan November mendatang, yang akan memberikan wawasan lebih lanjut mengenai rencana kebijakan energi mereka ke depan.