Manufaktur Indonesia Terpuruk di Bawah ASEAN, Apakah Solusi yang Tepat?

Nasional1 Dilihat

suarablitar.com — Anggota Komisi VI DPR RI, Ahmad Labib, mengingatkan bahwa indeks produktivitas manufaktur Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lain, menurut data Purchasing Managers’ Index (PMI) terbaru dari S&P Global untuk Juli 2025. Indonesia mencatat skor PMI sebesar 49,2, di bawah ambang batas ekspansi 50 dan merupakan yang terendah di kawasan.

Labib menekankan bahwa data ini menjadi alarm bagi pemerintah, karena negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina menunjukkan tren positif dengan skor masing-masing 52,4, 51,9, dan 50,9. Ia menyatakan, “Situasi ini adalah peringatan serius, karena kita masih terjebak dalam kontraksi dari bulan ke bulan.”

Meskipun ada sedikit perbaikan dari bulan sebelumnya—dengan PMI Juni di angka 46,9—industri manufaktur nasional masih menunjukkan stagnasi, sementara rata-rata PMI manufaktur ASEAN telah kembali ke zona ekspansi dengan angka 50,1.

Labib juga menyerukan perluasan peran Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk mempercepat pemulihan industri manufaktur. Ia mengungkapkan, “KEK seharusnya menjadi motor penggerak industrialisasi, tetapi masih terhambat oleh masalah birokrasi yang lambat.”

Kenyataan ini menyoroti perlunya strategi jitu dan langkah konkret dari pemerintah untuk mendongkrak sektor manufaktur agar bisa bersaing di tingkat regional dan global.