suarablitar.com — Jakarta, Direktur Sarana dan Transportasi Jalan, Ditjen Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan RI, Yusuf Nugroho, S.T., M.T., mengungkapkan bahwa langkah menekan emisi gas buang akan diterapkan pada kendaraan komersial. Pernyataan ini disampaikan dalam forum diskusi di GIIAS 2025 bertajuk “Perkembangan Teknologi Kendaraan Truk di Indonesia”.
Yusuf menjelaskan bahwa pemerintah sedang mengharmonisasi regulasi kendaraan komersial dalam rangka mencapai target dekarbonisasi sektor transportasi pada 2060, serta mencapai Net Zero Emission (NZE). Ia menambahkan, “Inisiatif pelaku industri seperti UD Trucks tidak hanya mendukung agenda nasional, tetapi juga berpengaruh positif terhadap efisiensi nasional.”
UD Trucks Indonesia berkomitmen untuk ikut dalam upaya tersebut dengan tiga pendekatan utama untuk menghadapi tantangan logistik nasional. Pertama, mereka meluncurkan truk Quester yang memenuhi standar emisi Euro 5, menggunakan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk menurunkan emisi nitrogen oksida (NOx) hingga 85% dibandingkan truk berstandar Euro 2.
Kedua, truk Quester terintegrasi dengan transmisi otomatis ESCOT, yang meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar rata-rata hingga 10%, serta memperpanjang usia komponen sistem penggerak dan mengurangi kelelahan pengemudi.
Ketiga, UD Trucks memfasilitasi digitalisasi pengelolaan armada dengan sistem My UD Fleet, yang memungkinkan pemantauan kendaraan secara real-time dan analisis perilaku pengemudi. Hal ini diharapkan membuat pengelolaan armada lebih efisien dan mengurangi biaya operasional.
Catur Satyawira dari UD Trucks menyatakan, “Teknologi bukan hanya fitur, tetapi solusi.” Menurut data World Bank Logistic Performance Index (LPI) 2023, Indonesia berada di peringkat ke-63 dunia dalam efisiensi logistik, jauh tertinggal dari negara ASEAN lainnya. Biaya logistik di Indonesia mencapai sekitar 23% dari PDB, tinggi dibandingkan rata-rata global yang berkisar 12-14%.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi diperlukan guna mengatasi masalah inefisiensi armada, konsumsi bahan bakar yang tinggi, dan waktu tunggu operasional yang tidak optimal.