Kementerian Perindustrian Dorong Keberlanjutan Industri Batik Lewat Sertifikasi Hijau dan Teknologi Ramah Lingkungan

Berita1 Dilihat

suarablitar.com — Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) berupaya mendorong keberlanjutan industri batik nasional, yang tidak hanya diakui sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai salah satu sektor industri kreatif yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Triwulan I 2025, nilai ekspor batik mencapai USD 7,63 juta atau Rp 123,60 miliar, mengalami kenaikan 76,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam acara Gelar Batik Indonesia di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Dr. Ir. Doddy Rahadi, Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin, menyatakan bahwa pemerintah mengimplementasikan empat strategi untuk mendukung keberlanjutan industri batik. Pertama, disiapkannya Sertifikasi Industri Hijau (SIH) yang mengukur tingkat penerapan prinsip industri hijau, dengan indikator seperti efisiensi bahan baku dan energi serta pengelolaan limbah.

Implementasi SIH memberikan keuntungan seperti peningkatan efisiensi sumber daya hingga 28% untuk energi, 21% untuk air, dan 13% untuk bahan baku, serta pengurangan emisi gas rumah kaca rata-rata 37%. Doddy menegaskan pentingnya mengikuti prosedur yang ada.

Kedua, Kemenperin menyediakan teknologi produksi bersih untuk pengelolaan limbah industri batik agar lebih ramah lingkungan. Ketiga, terdapat program inkubator bisnis dan pelatihan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri kecil dan menengah (IKM). Terakhir, Kemenperin menggelar kampanye dan edukasi untuk mempromosikan industri batik melalui festival dan pameran, termasuk Industrial Fest x Gelar Batik Nusantara.