suarablitar.com — Satgas Karhutla yang terdiri dari TNI, Polri, BNPB, dan berbagai lembaga terkait, terus berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Dalam operasi yang sudah berjalan selama delapan hari, pemadaman dilakukan baik dari darat maupun udara.
Tim Satgas Darat menggunakan selang dan pompa air dari kanal-kanal dan embung untuk melawan api dan asap pekat. Sementara itu, tim udara menerapkan teknik water bombing di daerah sulit, seperti perbukitan di Kabupaten Rokan Hulu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun berupaya mendatangkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam penanganan karhutla. “Semua harus bersama-sama tanpa ego sektoral,” ujarnya. Penegakan hukum terhadap pelaku karhutla pun menjadi fokus Polda Riau. Sejak Januari hingga Juli 2025, sudah ada 46 tersangka yang ditindak.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan penurunan signifikan titik hotspot di Riau, dari 586 pada 20 Juli menjadi 144 pada 22 Juli 2025. Meski demikian, kesiapsiagaan petugas harus terus ditingkatkan mengingat sejumlah titik api masih terpantau.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa kolaborasi dan kerja sama di lapangan menghasilkan penurunan asap dan titik api. Operasi water bombing dan modifikasi cuaca menunjukkan hasil positif, namun masih ada tantangan di beberapa wilayah, terutama Rokan Hulu, yang menginginkan penyemaian awan untuk hujan lebih merata.