suarablitar.com — Perusahaan rintisan (startup) menghadapi tantangan signifikan dalam merekrut talenta kecerdasan buatan (AI) seiring dengan dominasi perusahaan teknologi besar di industri ini. Sejumlah startup melaporkan kesulitan mendapatkan kandidat berkualitas karena gaji dan tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan seperti Google dan Amazon jauh lebih tinggi.
Berdasarkan laporan terbaru, banyak insinyur dan peneliti AI lebih memilih bekerja di perusahaan besar yang menawarkan sumber daya lebih lengkap dan stabilitas karier. Hal ini menyebabkan startup kehilangan daya tarik di mata calon karyawan yang sangat kompetitif.
Seiring berkembangnya teknologi AI, kebutuhan akan tenaga kerja terampil semakin meningkat, namun startup sering kali tidak memiliki kemampuan finansial yang sama untuk bersaing. CEO salah satu startup menyatakan, “Kami berusaha menarik bakat, tetapi tawaran dari raksasa teknologi sulit dilawan.”
Para analis memperkirakan bahwa dalam jangka panjang, pergeseran ini dapat mengurangi inovasi di sektor startup jika masalah penarikan bakat tidak segera ditangani. Perusahaan rintisan diharapkan untuk mencari strategi alternatif, seperti kolaborasi dengan universitas atau penawaran fleksibilitas kerja, untuk menarik calon karyawan.