suarablitar.com — Freeport-McMoRan (FCX.N) sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan sebagian hasil tembaga dari Indonesia ke Amerika Serikat (AS). Pertimbangan ini muncul setelah pengumuman tarif impor tembaga sebesar 50 persen oleh Presiden Donald Trump.
CEO Freeport, Kathleen Quirk, menyatakan bahwa meskipun perusahaan biasanya menjual tembaga Indonesia ke pelanggan di Asia, mereka memiliki fleksibilitas untuk mengirimkan pasokan ke AS. “Kami tidak memiliki kontrak jangka panjang untuk tembaga Indonesia,” ungkap Quirk, seperti dilansir Reuters, Kamis (24/7/2025).
Rencana tarif yang diumumkan oleh Trump direncanakan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. Menurut Quirk, perusahaan mengoperasikan salah satu dari dua pabrik penyulingan tembaga di AS dan sedang mempertimbangkan peningkatan kapasitas sebesar 30 persen. Namun, perusahaan belum melakukan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah AS mengenai rencana tersebut dan tidak berencana untuk membangun pabrik baru di AS.
Sampai saat ini, AS mengimpor sekitar setengah dari kebutuhan tahunan tembaga dan belum ada rincian resmi tentang jenis tembaga yang akan terkena dampak tarif tersebut. Quirk juga menyoroti bahwa pihaknya masih menunggu klarifikasi tambahan mengenai penerapan tarif.
Ketua Freeport, Richard Adkerson, menambahkan bahwa meskipun permintaan akan produk tembaga tetap kuat, harga tembaga akan dipengaruhi oleh kebijakan tarif. “Penawaran dan permintaan global yang akan menjadi faktor utama dalam penetapan harga,” ujarnya.